Selasa, 29 Januari 2013

Brand new day (2)



Apa?
Siapa?
Di mana?
Kapan?
Kenapa?
Bagaimana?
Diksi-diksi tanya ini mendasari sifat manusia: penasaran.
Padahal Tuhan hanya menganugerahi satu mulut pada satu insan saja, tak lebih dan tak kurang, mungkin, agar  aku (manusia) bertanya seperlunya, tentang hal-hal yang hanya bisa dipertanyakan, bukan hal-hal yang tak pernah menghasilkan jawaban.

Rasa penasaran menempatkan diri lebih dari hati - memaksa otak untuk berkonspirasi dengan tangan dan mata, untuk menjadi pemuas kalimat tanya yang tak sempat dilafalkan.
Stalking. Investigasi kelas teri.
Penyelidikan amatir.
Hanya bermodalkan titel peselancar maya.
Bukan agen mata-mata tingkat mahir. Bukan James Bond ataupun Ace Ventura.
Sekali lagi, cuma peselancar dunia maya biasa.

Lalu, kalimat tanya itu memang berujung jawaban, namun seringkali tidak memuaskan, tak sesuai keinginan, bahkan menuju mengecewakan. Jawaban itu bertajuk: asumsi. Hipotesa sementara.

Terkadang, aku menyesal. Kenapa selalu bertanya-tanya, kenapa kerap merasakan penasaran, dan kenapa harus tak puas hanya dengan jawaban lisan.
Nah, kalimat tanya kembali, bukan? 
 Lebih baik tak bertanya, bila jawabannya membuat kecewa. Ataukah,
 lebih baik tahu bahwa itu kecewa, makanya bertanya?
Entahlah,
sudah kecewa, dan berkata enggan untuk diksi tanya lagi,
tetap mengulanginya kembali. Mengulang kalimat-kalimat berakhir tanda tanya kembali.

Apa?
Siapa?
Di mana?
Kapan?
Kenapa?
Bagaimana?

Sampai akhirnya kecewa dan terjatuh lagi.... ~____~"
#.. errr 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar