Kamis, 02 Januari 2014

perasa yg amnesia


 menjejakkan kaki
saat luka terlalu suka memuntahkan ‘perihnya’ ? 
aku takkan bisa berlari, 
karena mereka akan mengikatku dengan simpul mati. 
aku takkan bisa mendapatkan pertolongan untuk keluar, 
karena semua pintu tak punya arah tuju. 
Mereka buntu.
Satu-satunya jembatan tercepat  adalah
tidak banyak meronta, cukup miliki sebuah rela. 
Luka terlalu berbahaya untuk menginap di hati, 
menyewa ruang tanpa jangka waktu. 
aku berlagak menjadi perasa yang amnesia dan pemaaf yang luarbiasa. (congkak)
Sampai aku siap, sampai aku sembuh.
Segala peristiwa  adalah penentu yang paling ahli.  Berusaha mengobati atau hanya diam sampai goresan itu menginfeksi dengan sendirinya? 

aku tak pernah meminta, tapi mungkin beginilah cara Tuhan mengajarkan untuk mendewasa dengan sukarela lewat sebuah luka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar