Jumat, 01 Februari 2013

Relativitas detik



Detik itu lucu. Dia bisa menjadi bunglon berbentuk hitungan waktu. Berbeda-beda dalam setiap panca indra manusia. Berganti wujud setiap bertemu manusia berbeda. Pun berubah bentuk bila menjumpai lain waktu lagi. Mungkin, Detik hanya ingin bermain-main. Cuma mau bercanda.

Terkadang, Detik berbadan lebar, membuat manusia harus lelah menunggu untuk mencapai sebuah pergantian angka.
Tapi, terkadang Detik bertubuh langsing, biasanya hal ini terjadi ketika sang manusia enggan beranjak dari waktu yang sama.
Terkadang Detik berjalan lambat seperti kura-kura, tapi ada kalanya, Detik dapat meluncur kencang layaknya pesawat jet.
Terkadang, Detik menyebalkan. Terkadang, Detik menyenangkan.
Terkadang, Detik dinanti-nanti. Tak jarang, Detik dihindari.

Kadang, satu satuan Detik, bisa terasa seperti satu Menit. Pun begitu sebaliknya. Satu Menit, bisa bergerak sekelebat layaknya satu Detik.
Detik menjadi lamban: saat harus bertemu narasumber atau klien, tetapi tertahan lampu merah | ketika menanti waktu pulang kantor atau kuliah di kala menunggu jemputan yang belum tiba, seorang diri saat menunggu untuk bertemu.. (saat kita bersama)
Dan, Detik pun menjadi cepat:saat sedang mengerjakan deadline pekerjaan dalam waktu hanya satu jam ketika berbincang dengan teman-teman sejiwa yang sudah lama tak ditemui | saat mengintip sosok mengagumkan di tengah padatnya transportasi publik | ketika menikmati sebuah hobi yang jarang dijamahi lagi.

Meskipun Detik merupakan bagian dari ilmu pasti, tapi nyatanya, angka dan hitungan pun memiliki sudut pandang. Tergantung. Relatif. Tak mutlak.
dan kini, saat aku bertemu kamu. Detik menjadi lambat, Detik menjadi cepat, sangat relatif dan tidak pasti.
Berarti ini adalah rumus baru:

Relativitas Detik = aku + Kamu  

Cukup fair bukan?
*sriwedari Ac 17.51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar