Detik
itu lucu. Dia bisa menjadi bunglon berbentuk hitungan waktu. Berbeda-beda dalam
setiap panca indra manusia. Berganti wujud setiap bertemu manusia berbeda. Pun
berubah bentuk bila menjumpai lain waktu lagi. Mungkin, Detik hanya ingin bermain-main.
Cuma mau bercanda.
Terkadang,
Detik berbadan lebar, membuat manusia harus lelah menunggu untuk mencapai
sebuah pergantian angka.
Tapi,
terkadang Detik bertubuh langsing, biasanya hal ini terjadi ketika sang manusia
enggan beranjak dari waktu yang sama.
Terkadang
Detik berjalan lambat seperti kura-kura, tapi ada kalanya, Detik dapat meluncur
kencang layaknya pesawat jet.
Terkadang,
Detik menyebalkan. Terkadang, Detik menyenangkan.
Terkadang,
Detik dinanti-nanti. Tak jarang, Detik dihindari.
Kadang,
satu satuan Detik, bisa terasa seperti satu Menit. Pun begitu sebaliknya. Satu
Menit, bisa bergerak sekelebat layaknya satu Detik.
Detik
menjadi lamban: saat harus bertemu narasumber
atau klien, tetapi tertahan lampu merah | ketika menanti waktu pulang
kantor atau kuliah | di
kala menunggu jemputan yang belum tiba, seorang diri | saat menunggu untuk bertemu.. (saat
kita bersama)
Dan,
Detik pun menjadi cepat:saat sedang mengerjakan
deadline pekerjaan dalam waktu hanya satu jam | ketika berbincang dengan teman-teman
sejiwa yang sudah lama tak ditemui | saat mengintip sosok mengagumkan di tengah
padatnya transportasi publik | ketika menikmati sebuah hobi yang jarang
dijamahi lagi.
Meskipun
Detik merupakan bagian dari ilmu pasti, tapi nyatanya, angka dan hitungan pun
memiliki sudut pandang. Tergantung. Relatif. Tak mutlak.
dan
kini, saat aku bertemu kamu. Detik menjadi lambat, Detik menjadi cepat, sangat
relatif dan tidak pasti.
Berarti
ini adalah rumus baru:
Relativitas
Detik = aku + Kamu
Cukup fair bukan?
*sriwedari
Ac 17.51
Tidak ada komentar:
Posting Komentar