Aku selalu suka tersenyum.
Itu membuat hidupku jauh lebih berwarna.
Aku selalu suka tersenyum.
Walau sebenarnya aku menyimpan sebuah luka.
Aku selalu membiarkan orang-orang disekitarku tertawa.
Lega sekali rasanya melihat mereka bahagia.
Tertawa lepas, riang gembira.
Seakan tidak punya beban.
Seakan tidak merasakan luka.
Ku karang sebuah cerita.
Cerita konyol yang mungkin menurut mereka itu lucu.
Membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal.
Aku pun ikut tertawa.
Mungkin bagi mereka aku orang yang kocak.
Mungkin bagi mereka akulah sang penghibur.
Mereka tidak pernah tahu apa yang sebenarnya dalam pikiranku.
Mereka tidak pernah tahu kalau sejujurnya hatiku pilu.
Mereka tidak pernah tahu kalau sesungguhnya diriku rapuh.
Hampa, sepi.
Ku coba menghapuskan semua itu dengan tawaku.
Begitulah, begitulah aku.
Ketika tawa menjadi tempat persembunyian.
Aku selalu suka tersenyum.
Walau sebenarnya aku menyimpan sebuah luka.
Aku selalu membiarkan orang-orang disekitarku tertawa.
Lega sekali rasanya melihat mereka bahagia.
Tertawa lepas, riang gembira.
Seakan tidak punya beban.
Seakan tidak merasakan luka.
Ku karang sebuah cerita.
Cerita konyol yang mungkin menurut mereka itu lucu.
Membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal.
Aku pun ikut tertawa.
Mungkin bagi mereka aku orang yang kocak.
Mungkin bagi mereka akulah sang penghibur.
Mereka tidak pernah tahu apa yang sebenarnya dalam pikiranku.
Mereka tidak pernah tahu kalau sejujurnya hatiku pilu.
Mereka tidak pernah tahu kalau sesungguhnya diriku rapuh.
Hampa, sepi.
Ku coba menghapuskan semua itu dengan tawaku.
Begitulah, begitulah aku.
Ketika tawa menjadi tempat persembunyian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar