Rabu, 30 November 2016

ketika ku kira aku istimewa

ku kira hanya untukku ... dirimu!

ternyata kau terbagi ke segala penjuru, sporadis memberi angin surga pada kawanan pemangsa..
masih kurangkah telinga ini mendengar keluh kesahmu??
belum cukupkah waktuku untuk membalas segala aduanmu?

 jika aku yg kau rasa menenangkanmu, lantas kenapa dia yg menenangkanmu?


perasaan 
laksana hujan
tak pernah datang dengan maksud jahat,
keadaan dan waktulah yang membuat kita membenci kedatangannya
untukmu yang berjubah api...
jangan memikat jika kau tak berniat mengikat

garis waktu #1

pada sebuah garis Waktu yg merangkak maju,
akan ada saatnya kau bertemu dengan seseorang yang mengubah hidupmu untuk selamanya

kemudian , satu orang tersebut akan menjadi bagian terbesar dari agendamu.
dan hatimu tak kan memberikan pilihan apapun kecuali jatuh cinta... biarpun logika terus berkata bahwa resiko jatuh cinta adalah terjembab di dasar nestapa...
jika sekumpulan karya membutuhkan ruang agar dapat dilihat secara utuh ... maka
garis waktu
adalah galeri yg hadir untuk bisa kita nikmati

Selasa, 18 Oktober 2016

rangga (hilang)

Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di mana-mana
Di udara dingin yang menyusup di bawah pintu
Atau di baris-baris puisi lama yang diterjemahkan dari bahasa
Di sepasang mata gelandangan yang menyerupai jendela berbulan-bulan tidak dibersihkan
Atau di balon warna-warni yang melepaskan diri dari tangan seorang bocah
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di jalan-jalan
Atau bangku-bangku taman yang kosong
Aku menemukanmu di salju yang menutupi kota
Seperti perpustaan sastra
Aku menemukanmu di gerai-gerai kopi, udara, dan aroma makanan yang keluar atau terlalu matang
Aku menemukanmu berbaring di kamarku yang kosong
Saat aku pulang dengan kamera di kepala
berisi orang-orang pulung yang tidak ku kenal
Kau sedang menyimak lagu yang selalu kau putar
Buku cerita yang belum kelar kau baca
Bertumpuk bagai kayu lapuk di dadaku
Tidak sopan kataku mengerjakan hal-hal tapi tetap kesedihan

Akhirnya kau hilang, kau meninggalkan akuDan kenangan ini satu-satunya akar getah yang tersisa

---

rangga (batas)

semua perihal diciptakan sebagai batas
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota,
bilik penjara, dan kantor wali kota, 
juga rumahku, dan seluruh tempat di mana pernah ada kita
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata
Begitu pula rindu
Antar pulau dan seorang petualang yang gila
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini?
Lihat tanda tanya itu 
Jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi



#jika masih ada yg mungkin bisa digenggam lagi?

rangga (bertanya)

Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta
kau melihat langit membentang lapang
menyerahkan diri untuk dinikmati, tapi menolak untuk dimiliki

Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta, 
aku melihat nasib manusia
terkutuk hidup di bumi
bersama jangkauan lengan mereka yang pendek
dan kemauan mereka yang panjang

Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta,
kau bayangkan aku seekor burung kecil yang murung
bersusah payah terbang mencari tempat sembunyi
dari mata peluru para pemburu

Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta
aku bayangkan kau satu-satunya pohon yang tersisa
kau kesepian dan mematahkan cabang-cabang sendiri

Ketika ada yang bertanya tentang cinta, 
apakah sungguh yang dibutuhkan adalah kemewahan kata-kata
atau cukup ketidaksempurnaan kita?



^_______^ speechless

rangga (new york)


Tidak ada New York hari ini
Tidak ada New York kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini
Semua orang adalah orang lain
Bahasa Ibu adalah kamar tidurku
Kupeluk tubuh sendiri
Dan Cinta, Kau tak ingin aku
mematikan mata lampu
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening, kau yang dingin dikenang



#kalimat terakhir bikin keinget ama lagu... aku meriang..aku meriang.. merindukan kasih sayang.. :D

dear...

“it’s like a movie scene that He has made for us
a dream that i finally see with my own eyes
has drawn me into a garden full of flowers
and then i saw you, happy fairy
oh I have no power

now i’m free, i can love you freely
know my weakness will never bother me 
an enchanted moments now could be described
by wind that flow through branches,
they whisper me a rhyme
then i realized i have loved you 
i don’t even need the reason why”

Selasa, 16 Agustus 2016

melupakanmu sekali lagi

jika boleh memilih... ku ingin kita tak pernah bertemu.

Saat hatimu patah, pada akhirnya, jalan satu-satunya adalah menjadi tabah. Mungkin saja, suatu hari kau akan menemukan seseorang kembali. Namun, pada kisah kali ini, aku akan melupakanmu sekali lagi.

After Rain :)

Sayang, menurutmu apa itu cinta?
Mungkin beragam jawab akan kau dapati.
Bisa jadi itu tentang laki-laki yang melindungi.
Atau malah tentang bekas luka dalam hati-hati yang berani mencintai.

Maukah kau menyimak, Sayang?
Kuceritakan kepadamu perihal luka-luka yang mudah tersembuhkan.
Namun, kau akan jumpai pula luka yang selamanya terpatri.
Menjadi pengingat bahwa dalam mencintai, juga ada melukai.

Jika bahagia yang kau cari, kau perlu tahu.
Sudahkah kau mencintai dirimu sendiri, sebelum melabuhkan hati?
Memaafkan tak pernah mudah, Sayang.
Karena sejatinya cinta tidak menyakiti.

Rabu, 20 Juli 2016

Gone

You’ll never know what you’ve got ’till it’s gone 
(or ’till you’ve gone, maybe?)

Semoga...kita

Saat berpegangan akan lebih kuat kau berdiri.
Walau hanya satu kaki.
Saat berbagi menjadi hal yang sangat dinanti.
Aku, kamu, dan teman-temanmu.
Hari ini kita bertemu, mungkin besok kau jadi temanku.
Sekadar pertemuan tapi bukan itu yang kuharap.
Senyuman adalah letusan.
Kayuhan menjadi penentu.
Jalan hidup di hitamnya dunia.
Dan pertemuan ini jadi inspirasi antara ku dan masa depanmu.
Apa yang kudapatkan tak seberapa.
Maka yang kuberikan memang hanya sederhana.
Dan semoga saja kau tak akan lupa tentang kita.

Entaaah


Jarak-spasi-ruang itu ada, memberi kesempatan bagi rindu untuk bernafas, untuk bernyawa, untuk menunjukkan keberadaannya.
Rasanya, bukan kali pertama ini saya membahas tentang hubungan antara jarak dan rindu. Tentang  bagaimana mereka saling menciptakan, saling membutuhkan, saling melahirkan. Pasalnya, beberapa tahun ini, saya memang terpisah ratusan sekian kilometer dari kota yang saya sebut: rumah
Namun, belakangan ini, sejak hal A, hal B, hal C terjadi secara bertubi-tubi–seperti bom tersembunyi yang siap meledak dalam rentang waktu tertentu–rasanya sebuah jarak akan terbentang luas kembali dalam setiap lini kehidupan saya: keluarga-pertemanan-pekerjaan. 
Pasca terbentuknya jarak, mungkin saya akan seperti seseorang yang mengalami konsep reinkarnasi, konsep terlahir kembali. Menjadi seorang yang baru, yang memiliki kehidupan baru, yang akan meninggalkan rutinitasnya yang sudah terbentuk selama hitungan tahun. 
Mengenal jarak yang akan lahir inilah, rasanya sebuah perasaan menyesak mulai terbangun menggeliat. Menyesak karena tahu berbagai kemungkinan yang akan terjadi: kemungkinan dia akan mencibir, dia yang lain akan menjauh, dia yang lainnya akan berbeda, dia yang satunya lagi akan menganggap rendah, dia yang satunya pun akan menghindar perlahan, menjadi kumpulan kasak-kusuk di belakang.
Dari dalam sanalah, ia–sang perasaan sesak–bergerak perlahan, menaik-turunkan suhu tubuh yang terukur dari genggaman tangan, menggelitik bibir untuk tersenyum pahit, membuat wajah memerah hebat, lantas mendorong bulir-bulir air keluar dari rumahnya–kelopak mata. 
Karena, pada akhirnya, mereka–dia, dia, dan dia–akan berjarak sangat jauh-jauh-jauh sekali, menyerupai sekian puluh ribu kilometerdalam kecepatan sekian tahun cahaya. 
Dan, fakta itulah–fakta bahwa kelak mereka akan menjauh, menyamar, lantas menghilang–yang membuat rasa rindu yang baru seumur jagung ini makin menjamur, makin meluas, makin membesar, tanpa diminta, tanpa kenal batasnya. 
:)

Sedang mencoba lewat perangkat iphone

Sabtu, 09 April 2016

Jika wanginmu saja bisa

Memindahkan duniaku

Maka cintamu pasti bisa

Mengubah jalan hidupku

Kamis, 07 April 2016

Batas

Aku bosan terus-terusan terjerumus dalam rasa kehilangan. Apalagi jika kamulah penggerak di balik setiap alasan. Aku pun bosan harus memakan kata-kata manismu, hasil pelarian dari pahit yang mampir dalam hidupmu.

Jika ada dia, aku harus sukarela menyingkir. Jika tidak ada dia, aku diharuskan hadir. Pelampiasan atau sebuah permainan? Atau aku yang terlalu bodoh tak bisa melihat batas harapan dan kenyataan?

Kakiku berlari menjauhi titik-titik pencipta luka. Tapi saat aku nyaris mantap untuk pergi dari arenamu, ada saja tarikan-tarikan penggoda untuk tetap disana.

Pada langkah yang hampir terhenti, kamu ada. Pada harap yang perlahan memudar, kamu hadir. Tersisalah aku dengan sebuah keadaan, di mana arah yang semestinya kutuju masih samar. Entah harus terus berjuang atau memang tak perlu keluar sebagai pemenang. Kebahagiaanku masih terombang-ambing, aku terpaksa mengikuti ke manapun ia ditempatkan.

#memaknaikeberadaan

Sabtu, 26 Maret 2016

Ketika (2)

Padahal bukannya tak kucoba mendayung perahu gerakku keluar dari zona segitigamu, tapi setiap gerikmu merangkul rasaku untuk tetap disitu. Posisiku selalu serba salah. Di sisi diri, aku tak ingin kau dirangkul oleh orang yang salah. Karena hati ini bisa membahagiakanmu dengan berlipat kali dari yang ia beri. Tapi disisi hati, aku akan menjadi sangat salah jika berulah dengan merebutmu dari dia yang mencintaimu amat parah. Tak mungkin menumpukkan luka dengan sesuka demi kebahagiaanku semata. Pada akhirnya, aku akan meminum racun air mataku sendiri karena tak berdaya meraih kamu berada disisi.

Ketika

Pada pertukaran rasa yang tak seimbang, aku menaruh bimbang. Ketika meneruskan hanyalah berarti menambah perih pada luka lainnya, dan berhenti juga tak menyembuhkan apa-apa. Menaruh harap pada waktu yang akan menjawab, mungkin saja percuma; sebab hatimu sudah ada pemiliknya. Sedangkan aku, hanya tamu yang  diundang pada sedikit kesempatan saja...

#saatsepi

Semakin merasa semakin pedih

Semakin aku merasa ini tak adil, semakin pedih terasa di hati. Percuma terus begini. Toh aku di sini, kamu dengannya, kita tak mungkin bersama. Baiknya kupadami saja segala bara yang masih menyebut namamu tanpa jeda, agar luka ini tak kubiarkan terus menganga. Baiknya memang kita tak lagi saling menyapa, sebab sepatah kata darimu mampu memanggil jutaan debar di dadaku.

Seperti tahu betul kelemahanku, semesta selalu menghadirkan kamu. Atau mungkin aku yang diam-diam mengantarkan kenangan tentangmu, hingga pada titik yang terdekat. Berbagai macam hal yang semesta suguhkan, mengapa kamulah garis akhir dari segala ingatan?

Bersiap patah lagi

Jika mencintai berarti memberi hati seutuhnya, aku tidak ingin mempertaruhkannya pada yang mahir meretakkan. Karena tidak pernah ada yang tahu telah sejauh apa aku memunguti serpihan itu satu-satu, mengumpulkannya, lalu menyatukannya lagi hingga sempurna, hingga tak ada luka. Setelah sembuh, lalu semudah itu seorang baru merobohkan hatiku hingga lagi-lagi runtuh?

#edisibersiappatahlagi

Sepertinya saya lelah

Dalam hujan perasaan yang jarang sekali melegakan, aku tersadar bahwa cinta tak ma(mp)u dipaksakan. Percuma aku berusaha dekat dengan yang lainnya, jika hatiku cuma kamu yang punya. Inginnya kamu ada dua; satu untukku, satu untuknya. Tapi kutahu, cerita ini tak mungkin tertulis begitu. Cerita ini menawarkan bahagia yang sama untuk kita semua—tapi sayangnya, bukan dari masing-masing kita.

Kamu seperti ada untuk kucintai saja, bukan untuk kumiliki. Seperti dekat yang tak terjangkau, terasa tapi tak tergenggam, ada yang seperti tiada.

#sepertinya saya lelah

Rabu, 23 Maret 2016

Cinta yang salah?

Padamu, entah telah berapa kali cintaku terjatuh. Tak ingin kuhitung dan tak mungkin terhitung. Kamu poros rasa; pusat segala debar di dada. Kamu satu-satunya titik yang terpeta, di hati juga kepala; tujuan langkah-langkah yang sulit mengenal lelah.

Selasa, 22 Maret 2016

Semesta dan firasat

Ingin rasanya lari sejauh mungkin, menghindar dari pemandangan di depanku. Dan terjun dalam lautan airmata sebebas-bebasnya. Selepas-lepasnya.

Apa ini yang seharusnya terjadi padaku? Yang seperti ini? Mencintai tak tahu berhenti, tapi selalu ditinggal ketika rasanya hampir memiliki.

Menjadi yang pintar mengobati pun percuma, jika aku kelak gagal di cinta yang lain lagi. Tapi aku tak mau yang lain. Sebab yang lain tentu bukan kamu.

Apa ini maksud daripada semesta?

Memberikan semacam firasat, supaya aku mampu melepasmu yang bukan lagi untuk sesaat? Apa ini alasan di balik segala kedekatan? Supaya aku menyadari bahwa yang sudah lama akrab, belum tentu bagian dari sebuah jawab?

Bahagiakah kamu bersamanya? Sebab, sepertinya sudah tak perlu lagi kuminta, agar kamu mendapat apa yang sudah kamu punya. Benar atau pun tidak, mulailah jalani hari-hari barumu dengannya. Biar hati kecil mulai terbiasa untuk melepas dengan rela.

Biar tak perlu kucari-cari apa yang telah tiada.

#separuhyangtlahusai

Minggu, 20 Maret 2016

Satu kata

Selesai.

Satu kata yang kukira adalah akhir dari segala kita. Satu kata yang nyatanya memberi bukti bahwa masih ada yang mustahil usai; namanya kenangan.

#akupencintakenangan

Sabtu, 19 Maret 2016

Jangan mencariku

Bahagia itu selalu ada dan banyak macamnya, kita hanya perlu bersyukur dan menyadari bahwa kita selalu memilikinya–meski hanya dalam bentuk paling sederhana. Begitu kata orang-orang bijak. Tapi bukankah itu juga berarti penyangkalan, bahwa sebetulnya kita hanya diizinkan punya porsi terbatas untuk bahagia?

Kamu tahu? 

Terkadang, cukup dengan melihatmu bahagia dari jauh, kutemukan bahagiaku. Bahagia yang kucari, bukan sebab datang dengan maunya sendiri. Semu, memang. Tapi setidaknya lebih baik daripada membencimu, bukan?

Bahagia ini seperti dipaksakan, aku tak lagi punya pilihan. dan menganggap kamu kisah lama yang aku mesti lupa, aku belum pintar melakukannya.

Meski entah ini memang bahagia yang sesungguhnya, atau imajinasiku terlalu terlatih untuk mengada-ada? Entah dengan melihatmu tersenyum aku juga merasakan yang sama, atau semuanya hanya karena aku tak lagi miliki pilihan?Terkadang lucu, jika memang benar ada wujud bahagia seperti itu. Padahal kalau boleh jujur, aku ingin bahagiamu yang dibagi denganku.

Kupandang sebuah pohon dengan tatapan penuh kagum. Sebab, bagaimana bisa ia tetap berdiri tegak, sementara melihat dedaunan yang selama ini dipertahankannya, justru jatuh dan kemudian meninggalkan?  Atau, ini hanya salah satu cara semesta untuk mengajarkanku menjadi lebih kuat?

Kuat itu aku, yang telah lama jauh terjatuh padamu, tahu sakitnya luka, namun terus mengulanginya saja. Lemah itu kamu, datang sebab terluka, lalu pergi sebab bosan dijaga.Barangkali jika ada kekacauan di poros bumi dan semua hal jadi terbalik, aku baru paham caramu yang mudah pergi. Pun, kamu kelak mengerti caraku yang keras kepala selalu menanti.

Lalu, aku harus ke mana? Tepatnya, aku harus bagaimana?

Menerimamu yang muncul tiba-tiba, dan merelakan begitu saja padahal ingin tak ada? Kamu ingin (si)apa? Seseorang dengan perasaan sekeras batu dan sikap sediam patung? Sebab, bagaimana mungkin aku mampu untuk terus bertahan melihatmu semudah itu berpaling, namun harus menjadi yang sangat siap ketika kamu tak menemukan sesiapa lagi untuk berbagi?

Barangkali sejak awal kita tidak seharusnya bertemu. Agar tak ada rasa yang bertamu, agar inginku tak melulu hanya kamu. Barangkali sejak dulu mestinya kamu yang mencintai aku. Biar aku jadi yang pintar berlalu, biar aku jadi yang pura-pura lupa pernah sengaja menyakitimu. Ah, tapi apa gunanya? Jika kamu ada di posisiku, apa benar kamu tetap memilihku meski aku tak menoleh padamu? 

Bahkan mengkhayalkannya saja aku tak berani.

Tak perlu kamu tahu sesakit apa aku, yang kuperlu hanya kamu bilang iya untuk cintaku.Paling tidak, aku sudah pernah mencoba untuk terjatuh, meski bukan kedua tanganmu yang menangkap hatiku secara utuh. Memang ada yang hancur dan tidak secara baik tertata, namun paling tidak aku pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Meski yang kurasakan ialah tangis untuk keduanya, namun paling tidak aku selangkah lagi menuju masa yang belum ada dan penuh bahagia.

Yang perlu kamu tahu, tetap memilihmu bukanlah pilihan, itu keputusan.

Menyesal bukanlah bagianku, itu bagianmu jika kelak kehilangan aku. Sebab aku berani bertaruh, belum pernah kamu menemu hati lain yang cukup gila terus menerus berkata bahwa menanti yang tak ada ialah bentuk lain setia.

Ingatlah, jika ia menyakitimu, jangan cari aku. Sebab nanti, aku yang lebih dulu menemukanmu. 
Jika tak kamu temukan aku, tetaplah jangan mencari. Sebab barangkali yang ingin kamu temukan bukanlah aku, melainkan dirimu yang lain, yang sejak lama ada padaku.

Maka teruslah jangan aku yang kamu cari, hanya sebab kamu tak mau merasa sendiri.  Kuharap saat itu aku telah cukup jadi egois, dengan menutup rasa dari apapun yang kutahu bisa membuatmu menangis.

#kolaborasiygtiba2munculsaatmenunggumumakansiang#

Lelahhhnya

Tuhanku..
Ku ingin bercerita
Ku tunduk bersujud
Ku mulai berdoa

Lelahnya jiwaku
Beratnya langkahku

Tuhanku..
Ku rindu tawaku yang dulu
Kejujuran kebenaran yang dulu ku tahu
Ke mana semua
Sejauh itukah
Ku sesal sudah

Peluklah semua tanyaku
Jawablah dengan cara-Mu

Tuhanku..
Ku ingin berkelana
Kembali mencari jalan ke rumah
Bukan di sini tempat ku
Bukan mereka yang ku cinta

Hari ini..
Ku mengenali
Arti keberanian
Yang menerbangkanku
Di atas semua derita
Dan apa kabarnya

Usai semua sandiwara
Cukup ku berpura pura
Sejujurnya
Hanya dia yang ku cinta
Ke hatinya aku ingin pulang

#lelah

Rabu, 16 Maret 2016

Pilihan ada di tanganmu.

Seringkali kita berpikir  
“Apa yang Tuhan bisa lakukan buat kita?” 
dan bahkan kita sering memaksa Tuhan menuruti mau kita. Segala sesuatunya harus terjadi sesuai inginku, mauku, waktuku, kehendakku. Dan lupa bertanya, 
 “Apa yang Tuhan ingin aku lakukan bagiMu?”, 
“Apakah ini menyenangkan hati Tuhan?” 
“Apa yang bisa kulakukan untuk menyenangkan hatiMu”.
 Seringkali bukan Tuhan tidak berbicara dan mengingatkan, tapi kitalah yang suka mengacuhkan dan menutup telinga.
Untuk berdoa dan berkata 
“Tuhan aku siap dibentuk, jadilah sesuai kehendakMu dan bukan kehendakku” 
 itu mudah. 
Namun saat melakukannya? Saat segalanya berjalan tidak sesuai dengan rencana? 
Saat Tuhan memesankan hal yang jauh berbeda dengan mau kita, masihkah kita taat?
 Ini bicara tentang penyerahan diri tanpa ragu kepada Tuhan. 
Kamu seharusnya tahu kepada siapa kamu menyerahkannya. 
Kamu harusnya tahu,
 jika Dia yang mengemudikan hidupmu segalanya akan mendatangkan kebaikan.
Apa yang sedang kamu kuatirkan hari-hari ini?
 Jangan berpikir terlalu banyak,
 jangan bertindak sesuai dengan maumu,
 jangan meresponi dengan salah. 
Turuti kehendak Tuhan, 
agar Dia disenangkan. 
Bukankah itu tujuan hidup kita seharusnya? 
Pilihan ada di tanganmu. 

Segala yang terlihat baik pun belum tentu bisa membuat Tuhan tersenyum.
Akan lebih baik melihat Tuhan tersenyum, 
meskipun hati kita yang remuk 
daripada membuat hati Tuhan remuk saat kita tersenyum

#tiba..tiba...

Rabu, 20 Januari 2016

Mungkinkah ?

Aku tak tau apakah aku telah merelakanmu?

Yg aku sadari..aku memenuhi janji diri untuk membuatmu bahagia...

Entah...mungkinkah??

#######haisshhmbuuhhh####