Selasa, 27 November 2012

sepenggal kata untuk kakak


First of all, Kakak nggak perlu kuatir karena isi note ini hanya bisa dilihat oleh 3 orang aja; aku, Kakak sendiri, n Beth. Jadi, segala percakapan dan tulisan, cuma kita bertiga yang tahu.

Note ini sebenarnya adalah tindak lanjut dari apa yang Kakak katakana tadi siang. You’ve said,”Kalau memang perlu ditulis A,B,C nya dan kemampuanku selama ini baru sampai di situ, why not?”. Okey. Aku ambil inisiatif untuk menuliskan uneg-uneg ini, karena sepertinya memang kemampuanmu menafsirkan kata-kata tersirat payahnya bukan main. In other words; ora mempan disindir…hehe

Sesuai dengan yang kita bicarakan, rencanaku n Beth cuma satu dan simple; berhenti memanjakanmu. Apakah selama ini kamu manja? Kami bisa bekata ya! Tapi sebenarnya bukan hanya itu yang membuat kami jadi akhirnya mengambil keputusan semacam ini. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan kami.

Kami melihat, Kakak terlalu ada dalam zona nyaman. Zona nyaman yang macam apa? Zona ketika segala kesulitan kita bisa diselesaikan oleh sahabat-sahabat kita. Zona dimana kamu terlalu mengedepankan gengsi dan ego. Zona dimana kamu bisa berbuat sekehendak hatimu tanpa berpikir tentang perasaan orang lain yang terkait.

Tadi aku sempat bertanya kepadamu, apakah pernah selama 5 tahun kau mengenalku, aku pernah membentakmu dan menghajarmu? Kalau marah, aku yakin pernah. Di sinilah (mungkin) kesalahan yang aku buat juga. Aku terlalu menyayangimu sampai jatuh pada terlalu memanjakanmu. Aku selalu berusaha berbagi hidupku denganmu, dan sepertinya Kakak cuek-cuek saja. Akibatnya, aku nggak heran apabila Kakak sudah menemukan “teman” lain, aku jadi semacam “lose contact” dan prioritasku dalam berbagi hidup denganmu pun berkurang drastis. Aku tidak marah, aku hanya menyayangkan mengapa aku merasa memiliki sahabat yang hanya menghubungiku saat butuh aja.

Aku (dan aku yakin Beth juga), melihat bahwa dalam dirimu nyaris tak ada tanda-tanda pemikiran yang dewasa. Maaf kalau harus keras, tapi memang beginilah yang kami lihat. Salah satunya adalah dengan kecuekan luar biasa yang kaumiliki. Aku telah berkali-kali menegur soal ini, dan biasanya dikau selalu bertanya balik,”emang harus begitu ya?”. Masyaallah Kak, kepedulian itu bukan masalah harus atau tidak harus, tapi bagaimana bersikap secara dewasa. Apalagi, kau ini mahasiswa yang sudah semester akhir. Kalau kau terus-terusan cuek dengan dunia di sekitarmu, aku berani taruhan nantinya kau akan jadi public enemy ibu-ibu sekampung tempat tinggalmu kelak. Manusia itu bagaimanapun adalah makhluk sosial, tidak bisa mengabaikan keberadaan orang lain.

Tadi kau sempat protes bahwa kau tidak diikutsertakan dalam rencana ini. well, memang sebenarnya tidak ada rencana apapun. Kami hanya mengambil inisiatif untuk melihat apakah memang keberadaan kami di sisimu itu penting. Sepenting apa sih kami buatmu? Memang aku pribadi khususnya melihat ada perubahan besar ketika kau mulai dekat dengan Beth. Minta ampun deh posesifmu itu. Satu pertanyaan saja, apakah Kakak pernah bertanya pada Beth, apakah dia nyaman menjadi sahabatmu? Dan lebih jauh lagi, mengapa pertanyaan serupa baru muncul tadi siang setelah hampir 5 tahun aku mengenalmu?

Mungkin memang persepsi kita tentang persahabatan berbeda. Kalau kamu bertanya mengapa dirimu tidak ditanya untuk segala perencanaan ini, maka aku jawab kalau memang dirimu sebaiknya tidak perlu tahu. I have to say that selama ini toh aku juga tidak terlalu banyak dilibatkan ketika dirimu mengambil keputusan. Apa sih gunanya sahabat kalau bukan untuk berbagi pergumulan hidup? Aku sudah berkali-kali mencoba untuk berbagi denganmu, dan berharap kau memiliki kepedulian yang sama. Tapi ternyata…nihil… Aku selalu ada buatmu but kamu seringkali tidak menyadari dan menghargai bahwa aku ada buatmu..

Kak, kami tidak pernah berniat menyakitimu, never. Kami terlalu sayang padamu hingga mentolerir semua perbuatanmu. Hingga akhirnya kami bertanya-tanya, masihkah keberadaan kami di sisimu itu penting? Apakah yang menjadi alasan kuat bagi kami untuk tetap ada di sisimu? Kalau seumpama semua temanmu pergi meninggalkanmu, masihkah kamu bisa hidup?

Kak, beri kami jawaban. Kalau memang benar kami harus tinggal,  do something! Yakinkan kami bahwa kami  masih harus ada di sampingmu. Kelak yang kau harus hadapi adalah dunia pergaulan yang sangat jauh lebih keras dari sekedar kami berdua. Kalau kau tidak menunjukkan bahwa kamu mampu, ya dunia akan menggilasmu sehingga dirimu bakal frustasi sendiri. So, tolong beri kami alasan untuk tinggal di sisimu. Jikalau tidak…yah…kami akan meninggalkanmu karena memang keberadaan kami tidak membangunmu samasekali.

Kalau kau masih tidak mengerti, tanyakan. Kalau kau anggap kami tidak adil, proteslah. Semua ini karena kami sangat-sangat-sangat sayang padamu. Dan kami tidak ingin terus-terusan memanjakanmu dan memaklumkan semua tindakanmu. Sudah saatnya kamu keluar dari zona nyaman itu.

Buat Beth…yah, inilah yang bisa gue jabarkan. Tolong tambahi lagi jika memang elo merasa ada yang kurang. Tapi, please jangan buat gue untuk mengeluarkan airmata sekali lagi. Airmata gue terlalu berharga. Gue yakin elo juga merasakan hal yang sama. So, lets share. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar